"Seni Perang" ala Sun Tzu: Militer Jepang Pun Mengadopsinya
Sun Tzu [Foto: Istimewa]Sun Tzu [Foto: Istimewa]Buku Seni Perang itu diketahui telah mempengaruhi pemikiran militer Jepang. Art of War dari Sun Tzu diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 716 sampai 735. Sebaliknya, terjemahan Barat pertama belum muncul hingga 1.000 tahun kemudian. Terjemahan pertama terbit dalam bahasa Perancis di Paris sekitar tahun 1722, sementara terjemahan pertama dalam bahasa Inggris baru terbit tahun 1905. Yang menarik adalah terjemahan pertama ke bahasa Inggris dikerjakan oleh seorang kapten dari tentara Inggris, Captain E.F. Calthrop, yang sedang belajar di Jepang. Sekarang ini terdapat terjemahan dalam bahasa Rusia, Jerman dan bahasa lain. Tetapi yang dominan adalah terjemahan dalam bahasa Jepang yang berjumlah lebih dari 13 buah.
Yang menarik untuk dicatat adalah sudah sejak abad ke-16, filosofinya Sun Tzu sudah berhasil diterapkan di medan perang Jepang. Takeda Shingen, salah seorang dari empat panglima perang tertama waktu itu, menghiasi bendera perangnya dengan ungkapan berikut ini:
Jepang mengadopsi ajaran Sun Tzu [Foto: Istimewa]Jepang mengadopsi ajaran Sun Tzu [Foto: Istimewa]"Secepat angin
Seanggun rimba belantara
Menjarah bagaikan api
Kokoh bagaikan gunung"
Ungkapan ini hampir sama dengan pernyataan Sun Tzu ketika ia membicarakan prinsip pelaksanaan strategi perang:
Ajaran perang Sun Tzu dipelajari sebagai teori manajemen modern dunia usaha [Foto: Istimewa]Ajaran perang Sun Tzu dipelajari sebagai teori manajemen modern dunia usaha [Foto: Istimewa]"Dalam bergerak, hendaknya secepat angin;
Dalam gerakan lambat, hendaknya seanggun rimba belantara;
Dalam menggerebek dan menjarah, mengganaslah seperti api;
Dalam bertahan, bertahanlah sekokoh gunung;
Dalam penyamaran, hendaknya Anda tak tertembus seperti gelapnya malam;
Dan bila menyerang, Anda harus melanda seperti guntur."
Banyak tulisan militer Jepang yang jelas terpengaruh oleh karya Sun Tzu. Sebagai contoh¸Book of Fiver Rings (Go Rin No Shu), buku militer klasik sekitar tahun 1645, yang ditulis oleh Miyamoto Musashi (1974). Buku ini mengandung banyak kesejajaran dengan tulisan Sun Tzu, termasuk ke lima lingkaran tanah, air, api, angin dan kehampaan.
pengeboman Pearl Harbour oleh Jepang terjadi pada 7 Des. 1941 (Foto: Istimewa)pengeboman Pearl Harbour oleh Jepang terjadi pada 7 Des. 1941 (Foto: Istimewa)Dalam peperangan modern, diketahui bahwa karya Sun Tzu juga mempengaruhi strategi militer Jepang dan prilaku perang mereka. Sebagai contoh; selama Perang Dunia II, Jepang selalu bersikeras kepada Amerika bahwa Pearl Harbour tidak pernah akan diserang. Walaupun sebenarnya mereka sedang mempersiapkan pemboman. Pihak Amerika sama sekali tidak menduga akan terjadi serangan sehingga kerugian mereka sangat besar. Walau hingga sekarang pun masih ada orang yang sukar percaya bahwa Jepang mampu berbohong tanpa malu, tindakan itu sebenarnya suatu terapan dari prinsip mengelabuhi dari Sun Tzu.
Kapal Induk USS Arizona di Pearl Harbour akhirnya tenggelam di bom Jepang pada PD II, teori Sun Tzu kelabuhi lawan [Foto: Istimewa]Kapal Induk USS Arizona di Pearl Harbour akhirnya tenggelam di bom Jepang pada PD II, teori Sun Tzu kelabuhi lawan [Foto: Istimewa]Dalam contoh lain dari Perang Dunia II, tentara Inggris menduga Jepang akan menyerang Singapura dari laut, dan menempatkan semua meriam mereka menghadap ke laut. Hal ini karena cara paling efektif menurut pemikiran logika adalah menduduki Singapura dari laut. Tetapi Jepang datang dari arah darat lewat semenanjung Malaysia yang sangat mengagetkan Inggris. Cara ini adalah memanfaatkan unsur pendadakan, prinsip perang Sun Tzu yang lain.
Yang menarik untuk dicatat adalah sudah sejak abad ke-16, filosofinya Sun Tzu sudah berhasil diterapkan di medan perang Jepang. Takeda Shingen, salah seorang dari empat panglima perang tertama waktu itu, menghiasi bendera perangnya dengan ungkapan berikut ini:
Jepang mengadopsi ajaran Sun Tzu [Foto: Istimewa]Jepang mengadopsi ajaran Sun Tzu [Foto: Istimewa]"Secepat angin
Seanggun rimba belantara
Menjarah bagaikan api
Kokoh bagaikan gunung"
Ungkapan ini hampir sama dengan pernyataan Sun Tzu ketika ia membicarakan prinsip pelaksanaan strategi perang:
Ajaran perang Sun Tzu dipelajari sebagai teori manajemen modern dunia usaha [Foto: Istimewa]Ajaran perang Sun Tzu dipelajari sebagai teori manajemen modern dunia usaha [Foto: Istimewa]"Dalam bergerak, hendaknya secepat angin;
Dalam gerakan lambat, hendaknya seanggun rimba belantara;
Dalam menggerebek dan menjarah, mengganaslah seperti api;
Dalam bertahan, bertahanlah sekokoh gunung;
Dalam penyamaran, hendaknya Anda tak tertembus seperti gelapnya malam;
Dan bila menyerang, Anda harus melanda seperti guntur."
Banyak tulisan militer Jepang yang jelas terpengaruh oleh karya Sun Tzu. Sebagai contoh¸Book of Fiver Rings (Go Rin No Shu), buku militer klasik sekitar tahun 1645, yang ditulis oleh Miyamoto Musashi (1974). Buku ini mengandung banyak kesejajaran dengan tulisan Sun Tzu, termasuk ke lima lingkaran tanah, air, api, angin dan kehampaan.
pengeboman Pearl Harbour oleh Jepang terjadi pada 7 Des. 1941 (Foto: Istimewa)pengeboman Pearl Harbour oleh Jepang terjadi pada 7 Des. 1941 (Foto: Istimewa)Dalam peperangan modern, diketahui bahwa karya Sun Tzu juga mempengaruhi strategi militer Jepang dan prilaku perang mereka. Sebagai contoh; selama Perang Dunia II, Jepang selalu bersikeras kepada Amerika bahwa Pearl Harbour tidak pernah akan diserang. Walaupun sebenarnya mereka sedang mempersiapkan pemboman. Pihak Amerika sama sekali tidak menduga akan terjadi serangan sehingga kerugian mereka sangat besar. Walau hingga sekarang pun masih ada orang yang sukar percaya bahwa Jepang mampu berbohong tanpa malu, tindakan itu sebenarnya suatu terapan dari prinsip mengelabuhi dari Sun Tzu.
Kapal Induk USS Arizona di Pearl Harbour akhirnya tenggelam di bom Jepang pada PD II, teori Sun Tzu kelabuhi lawan [Foto: Istimewa]Kapal Induk USS Arizona di Pearl Harbour akhirnya tenggelam di bom Jepang pada PD II, teori Sun Tzu kelabuhi lawan [Foto: Istimewa]Dalam contoh lain dari Perang Dunia II, tentara Inggris menduga Jepang akan menyerang Singapura dari laut, dan menempatkan semua meriam mereka menghadap ke laut. Hal ini karena cara paling efektif menurut pemikiran logika adalah menduduki Singapura dari laut. Tetapi Jepang datang dari arah darat lewat semenanjung Malaysia yang sangat mengagetkan Inggris. Cara ini adalah memanfaatkan unsur pendadakan, prinsip perang Sun Tzu yang lain.
Labels: Strategi Suntzu
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home