Sunday, June 05, 2011

Pemahaman Ilmu Kedokteran Modern terhadap Hubungan Jiwa dan Tubuh

ilmu pengobatan Tiongkok ini adalah ilmu yang mempersatukan antara jiwa dan jasmani. Dalam ilmu kedokteran ini mengatakan bahwa "jantung adalah rajanya organ, jantung tidak sadar, maka ke-12 organ pun dalam bahaya," "dalam jantung terdapat jiwa", "dalam paru-paru terdapat semangat", "dalam hati terdapat arwah," "dalam limpa terdapat pikiran," dan "dalam ginjal terdapat aspirasi". "Senang melukai jantung, sedih melukai paru-paru, marah melukai hati, pikiran melukai limpa, takut melukai ginjal". Ajaran dalam ilmu pengobatan China, hati yang bersih dari segala hasrat, sekaligus adalah rahasianya panjang umur dalam pemahaman jiwa. Ilmu kedokteran China masa kini sangatlah terbatas, maka bagian inti dari ilmu kedokteran tersebut pun tidak bisa berkembang dan diteruskan sepenuhnya.


Ilmu kedokteran modern belum mampu menangani masalah penyakit yang berkaitan dengan kejiwaan secara maksimal. Sebaliknya ilmu kedokteran China kuno dan qigong mampu mengatasi.

Ilmu kedokteran modern percaya terhadap acuan fisiologi dan mental. Setelah diadakan penelitian terhadap 170 kasus orang yang mati mendadak dalam kurun waktu enam tahun, pada tahun 1971, George Engle mengamati bahwa penyakit berat bahkan kematian mungkin ada hubungannya dengan trauma jiwa atau ketegangan jiwa (stres). Kepedihan dapat mengakibatkan timbulnya banyak masalah kesehatan seperti: penyakit koroner, asma, tukak pada usus besar, sejenis reumatik pada persendian, penularan virus secara mendadak, serta leukemia monikarion, kanker, AIDS, bahkan kemungkinan parkinson.


Penyakit akibat cara hidup yang buruk menduduki 70% hingga 80% dari semua penyakit yang ada. Amerika umpamanya, berkisar 10% untuk wanita dan 20% pria yang butuh terapi akibat minum alkohol. Ada kurang lebih 200 ribu orang meninggal karena ketidakseimbangan antara jasmani dan rohani, seperti, bunuh diri, kanker, penyakit jantung, serta liver. Mabuk akibat minum mengurangi usia 10 tahun pada manusia. Ketidakseimbangan yang mendatangkan kerugian nilai masyarakat baik langsung maupun tidak langsung ini melampaui US$ 150 miliar, rata-rata US$ 600 dolar per kapita. Di negara ini, diduga ada enam puluh satu juta perokok pada tahun 1995, empat ratus lima puluh ribu orang di antaranya adalah pemuda. Setiap tahunnya bertambah seratus tujuh puluh ribu pasien kanker, dan 150 ribu orang meninggal setiap tahun di mana 80%-90% terjadi pada perokok itu sendiri. Di China, kini ada 300 juta jiwa perokok. Kebiasaan diet (makan-minum) yang tidak baik, kurang berolahraga, murung pun dapat mengakibatkan bertambahnya risiko penyakit jantung. Meskipun ada pendidikan kesehatan dan teknologi modern, masih ada 40-50 ribu orang mati karena penyakit jantung koroner.


"Teka-teki pada Penyakit yang Kompleks", demikian topik utama dari majalah Science pada tanggal 26 April 2002. Judul dari tema khusus yang diperkenalkan itu pun tidak hanya masalah gen saja, isinya menceritakan tentang "penyakit yang paling umum adalah penyakit yang sulit untuk disembuhkan", penyakit jantung, kanker, diabetes dan sebagainya, ini semua termasuk penyakit "rumit" atau "banyak sekali", ini berarti mereka tidak mungkin menyalahkan mutasi (perubahan mendadak) sebuah satu kesatuan gen atau faktor lingkungan yang sederhana. Justru sebaliknya, mereka bersumber dari banyak gen, faktor lingkungan, serta faktor fungsi gabungan dari kelakuan buruk yang gampang menimbulkan penyakit. Walter C. Willet dari Akademi Kesehatan Umum Harvard dalam karangannya yang berjudul: "Metode Kelakuan yang Stabil dan Riset terhadap Gen untuk Mencegah Penyakit", menyinggung bahwa; lebih dari 70% pasien stroke, kanker usus, jantung koroner, serta diabetes tipe II, bisa dicegah melalui perubahan cara hidup seseorang. Penelitian biologi molekul telah membantu manusia untuk mengenal fungsi faktor keturunan terhadap penyakit, penyakit utama akibat faktor keturunan adalah langka, hanya menduduki 5% dari penyakit kanker dan jantung koroner. Kebanyakan penyebab penyakit kanker dari publik Barat berasal dari faktor lingkungan (termasuk kebiasaan minum/makan mereka).


Penelitian ilmiah menemukan, dibanding dengan 20 tahun yang lampau, banyak pasien setelah mengonsumsi obat penenang akan ada perubahan pada penyakitnya, ini menunjukkan bahwa kehidupan yang tegang serta tekanan lingkungan di zaman sekarang ini, mungkin mengakibatkan banyak penyakit yang ada hubungannya dengan psikologi seseorang. Dr. Torrey dan Dr. Miller dalam karangan mereka "Epidemi yang Tak Terlihat; Perkembangan Penyakit Jiwa dari Tahun 1750" menyimpulkan bahwa, puluhan tahun belakangan ini, minimal di beberapa negara industri, dari bukti yang dapat dipercaya menyatakan bahwa penyakit umat manusia akibat depresi mental cenderung meningkat, bahkan abalienation (kekacauan jiwa), atau schizoprenia (sejenis sakit jiwa). Sebuah penelitian khusus diarahkan pada reaksi tekanan mental dalam peristiwa 11 September 2001, 'efek setelah peristiwa itu' selangkah lagi membuktikan adanya tendensi semacam ini; walau bagi yang jauh dari tempat kejadian peristiwa pun menunjukkan adanya tanda-tanda stres yang hakiki. Jawaban dari warga yang tinggal di sekitar "twin tower", menunjukkan ada 20% warga yang "sekuela yang sangat traumatis" (atau disebut: gangguan rangsangan setelah trauma, PTSD). Sebuah penelitian khusus diarahkan pada 988 orang penduduk Manhattan menemukan adanya penambahan volume terhadap merokok, minum alkohol, dan menghisap ganja, namun ini mungkin ada kaitannya dengan kondisi psikologi seseorang.


Dalam sebuah riset dari dinas pendidikan yang khusus diarahkan kepada sejuta seratus orang pelajar mengungkapkan, ada kurang lebih 75.000 bocah menunjukkan lebih dari enam tanda PTSD tersebut, jadi ini dapat didiagnosa sebagai schizoprenia. Semua masalah tersebut cukup menjelaskan bahwa faktor kejiwaan, cara kehidupan, faktor lingkungan serta keadaan sosial terhadap kondisi fisiologi pun mempunyai pengaruh yang sangat penting, sedangkan metode terapi ilmu kedokteran sekarang ini dalam segi-segi ini adalah minim sekali.

Kembali ke Tradisi dan Kultivasi

meditasi

Kalau dari segi kejiwaan, penanganan ilmu kedokteran modern masih minim. Sebaliknya dari sisi ilmu kedokteran tradisional China lebih gampang untuk mengerti manfaat mengultivasi Qigong dalam mengolah jiwa serta usia panjang, sebab ini sebenarnya adalah manifestasi dari satu sistem yang berbeda tingkatan.


Berbeda dengan struktur ilmu kedokteran Barat, ilmu kedokteran Tiongkok adalah sebuah ilmu yang dapat menakar taraf. Sistem meridian dan pembuluh sekunder dari ilmu kedokteran Tiongkok adalah saluran beredarnya energi, segala materi dari ilmu kedokteran tersebut lebih memprioritaskan "energi vital" sebagai semacam konsepsi energi, misalnya energi pelindung/luar, energi darah, energi dalam tubuh, energi intisari, energi dari organ tubuh bagian dalam, energi dari meridian dan pembuluh sekunder, dan energi lainnya. Organ tubuh dalam ilmu kedokteran China pun bukanlah sebuah konsepsi ilmu pembedahan, melainkan sebuah pusat energi yang mempunyai fungsi khusus, serta melalui meridian pembuluh sekunder dengan tubuh dari dalam hingga luar, atas sampai ke bawah, serta mempunyai pertalian yang sangat erat sekali di antara sistem luar (sistem organ lainnya) dan dalam, yang menjadi dasar materi dalam gagasan secara keseluruhan.


Baik terapi akupunktur maupun terapi refleksi serta terapi pembinaan lainnya, semuanya itu adalah terapi mengatur kembali energi yang hilang keseimbangannya. Perbedaan hakiki antarpengobatan China maupun Barat tidak saja pada sifat yang alami, atau keterpaduannya, namun kuncinya adalah pengaruh hilangnya keseimbangan pada tubuh manusia itu sendiri, jadi, berdasarkan prinsip energi yakni empat energi vital dan lima indera serta batas penentuan meridian dan pembuluh sekunder untuk digunakan sesuai kategorinya. Diagnosa dari ilmu kedokteran China pun tercermin dari berbagai proses perubahan pusat energi (organ tubuh) dan berbagai macam kualitas, kuantitas, seperti: sawan bangkai, hawa energi berubah menjadi panas, hawa energi pusar merosot, serta Yin-Yang (hawa positif-negatif) sama-sama naik ke atas. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa, ilmu kedokteran China yang sebagai sebuah sistem ilmu kedokteran yang berada digaris standar kemampuan secara keseluruhan itu, bukanlah seperti apa yang disebut dengan "pengobatan anjuran dan alternatif" (alternative and complementary medicine), tapi melainkan sebuah ilmu kedokteran fungsional atau ilmu kedokteran energi yang tak boleh kurang.


Selanjutnya, ilmu pengobatan China adalah ilmu pengobatan dimensi mikrokosmis. Yang membuat orang merasa bingung dari ilmu ini ada pada konsepsinya yang abstrak. Di satu sisi, dengan adanya pengenalan secara berangsur dari peneliti tentang ilmu kedokteran modern dari khasiat medisnya, di sisi lain karena dibuat tak berdaya oleh konsepsi dasar dan susunan teorinya yang tak terlihat, serta tidak bisa diraba itu. Yang membuat terperanjat kebanyakan peneliti ialah bahwa ilmu pengobatan China adalah sebuah susunan energi yang akurat, sistematis serta sempurna, justru sistem susunan ini terdapat di indera manusia dan juluran dari alat perasa (yang berbagai alat yang sempurna sekaligus) tetap belum sanggup mendeteksi terhadap dimensi yang lebih mikrokosmik itu.


Tabib "memandang, mendengar, bertanya" serta "memastikan", melalui informasi yang diperoleh itu pun hanyalah cerminan yang paling luar dari dimensi mikrokosmis itu. Pada zaman dahulu kala, manusia melalui meditasi berkemampuan untuk mengfluroskopi dimensi mikrokosmis terhadap tubuh manusia itu sendiri. Dalam buku (Zhuan Falun) menceritakan tentang "di zaman Tiongkok kuno, pada umumnya para tabib yang merupakan pakar besar ilmu pengobatan di sana mempunyai kemampuan luar biasa, seperti; Sun Si Miao, Hua Tuo, Lie Shizhan, dan Bian Jie, dan telah tercatat di kitab buku kedokteran. Tetapi justru semua saripati inilah yang mendapat kritik, yang diteruskan oleh ilmu pengobatan Tionghoa sekarang hanyalah sedikit resep saja, atau barangkali hanya rabaan pengalaman saja. Ilmu pengobatan di zaman Tiongkok kuno sangatlah maju, tingkat kemajuannya melebihi ilmu kedokteran sekarang."


Lagi pula, ilmu pengobatan Tiongkok ini adalah ilmu yang mempersatukan antara jiwa dan jasmani. Dalam ilmu kedokteran ini mengatakan bahwa "jantung adalah rajanya organ, jantung tidak sadar, maka ke-12 organ pun dalam bahaya," "dalam jantung terdapat jiwa", "dalam paru-paru terdapat semangat", "dalam hati terdapat arwah," "dalam limpa terdapat pikiran," dan "dalam ginjal terdapat aspirasi". "Senang melukai jantung, sedih melukai paru-paru, marah melukai hati, pikiran melukai limpa, takut melukai ginjal". Ajaran dalam ilmu pengobatan China, hati yang bersih dari segala hasrat, sekaligus adalah rahasianya panjang umur dalam pemahaman jiwa. Ilmu kedokteran China masa kini sangatlah terbatas, maka bagian inti dari ilmu kedokteran tersebut pun tidak bisa berkembang dan diteruskan sepenuhnya. Oleh karena itu, dalam metode terapi pada ilmu kedokteran China masa kini sekalipun, aspek ini juga sering kali kurang adanya. Penyebab terjadinya hal-hal demikian ini adalah rumit. Salah satu penyebab yang penting ialah pengaruh politik dan kesadaran. Terhadap bagian yang agak "mistik", ilmu kedokteran China ini tidaklah berani menghadapi dengan sungguh-sungguh, dipandang sebagai "sampah" atau "takhayul", karena itu hilanglah peluang untuk mendalami.


Yang terakhir sekaligus merupakan yang terpenting pula, bahwa ilmu pengobatan China adalah sebuah ilmu yang menyatu antara alam dan manusia, penyatuan konsep antara manusia dan alam itu sekaligus merupakan prinsip dasar pada ilmu pengobatan Tiongkok itu. Tubuh manusia adalah sebuah jagat raya kecil, alam mempunyai lima cuaca, bumi ada lima perubahan pula, sedangkan manusia mempunyai lima organ tubuh serta lima aspirasi, saling berhomolog dari jauh. Pemberian nama oleh ilmu kedokteran terhadap titik-titik akupunktur, penggambaran terhadap berbagai perubahan energi dalam tubuh manusia pun tercermin pada ciri khas ini. Orang Barat mengatakan bahwa diagnosa ilmu ini kedengarannya seperti ramalan cuaca saja, justru berasal dari ini.


Namun, tubuh manusia tidak saja mengandung materi, tapi lebih dari itu yakni; jiwa, sifat bawaan manusia, watak serta ideologi/pikiran dan sebagainya. Dalam kategori kesehatan manusia, dalam jiwa yang damai, peredaran darah serta energi pun lancar, apa yang disebut dengan "jiwa yang tenteram terdapat energi vital yang damai", demikian artinya. Akan tetapi, dalam tubuh manusia, energi vital adalah semacam energi yang terbatas dan mudah rusak, oleh karena itu banyak faktor dapat menyebabkan gangguan pada energi vital itu, misalnya; energi vital lemah, mandek, energi yang berlawanan, amblas, serta energi lepas dan sebagainya. Persis dengan apa yang dikatakan bahwa, "segala penyebab yang berasal dari energi itu sendiri, akan menyebabkan penyakit." Jadi, semua cara untuk mengobati atau penyehatan, tidak luput dari: menambah energi kembali, meresap, serta mengatur kembali energi vital itu. Akan tetapi energi tetaplah energi, akhirnya dia pun akan lemah dan frustrasi.


Namun, energi jagat raya tetap lestari dan abadi. Kalau tubuh manusia itu adalah sebuah "alam semesta kecil", mengapa energi yang terdapat di dalamnya tidak akan abadi? Seandainya tubuh manusia adalah alam semesta kecil, dan memiliki jiwa, maka alam semesta besar yang ada di sekeliling kita itu, bukankah tidak saja mempunyai lima unsur, dan lima energi vital, tapi harus memiliki jiwa pula? Jawabannya jelas ya. Jadi apa yang disebut dengan batas yang paling tinggi di ilmu pengobatan China dalam mengultivasi jiwa raga serta watak (menolah jiwa raga), tidak berhasrat terhadap nama dan kekayaan, membersihkan hati dan menahan hawa nafsu, mencapai ke tingkat dan batas yang sejati, baik dan sabar, "tidak berubah dalam keadaan miskin sekalipun, dan tidak tergiur oleh harta kekayaan, tak peduli akan terhina atau dimanja sekalipun, serta tak akan gentar terhadap kekuasaan sekalipun."


Ini sebenarnya sudah melebihi jangkauan ilmu kedokteran dan memasuki sebuah kategori baru, yaitu berkultivasi diri. Sebuah cara yang benar-benar dapat mengolah jiwa dan raga sekaligus serta membantu kita mencapai sebuah tahap ini. Sekarang ini, energi dan energi vital dalam tubuh manusia alam semesta kecil ini, bersamaan dengan semangat dan ciri khas pembauran pada jagat raya dan berubah menjadi energi vital dan pahala serta kemurnian yang lebih abadi demikian pun akan terealisasi dengan kesehatan dan usianya yang panjang.


Ilmu kedokteran Barat modern kini sudah memahami kesehatan yang multilapis dan multiaspek mengemukakan secara jelas akan acuan baru ilmu kedokteran ini: biologi, mental, masyarakat, dan jiwa. Sehat rohani seseorang, maka mental dan kelakuannya pun pasti sehat, kesehatan tubuhnya adalah sebuah hasilnya yang pasti. Sesungguhnya, ilmu pengobatan China tradisional dan metode kultivasi, tidak melulu termasuk acuan ini, tapi memberikan seperangkat metode yang bisa ditindaklanjuti, juga patut dihargai dan dikembangkan

Labels:

10 RACUN DALAM DIRI

· Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.

Antibodinya : Realitas

Cara : Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasalingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakandengan keras.

· Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian, kesulitan seksual.

Antibodinya : Keberanian

Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri palingampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Kebenarian merupakan merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.

· Racun ketiga : Egoistis
Gejalanya : Nyinyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.

Antibodinya : Bersikap sosial.

Cara : Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui orang yang tidak mengharapkan apapun dari oranglain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

· Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.

Antibodinya : Ambisi

Cara : Teruslah bertumbuh, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

· Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.

Antibodinya : Keyakinan diri.

Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang yakin dirinya aka kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.

· Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.

Antibodinya : Rendah hati.

Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

· Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di dunia.

Antibodinya : Sublimasi

Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain.

· Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.

Antibodinya : Kerja

Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuatkeberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

· Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agamatertentu, prasangka religius.

Antibodinya : Kontrol diri

Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.

· Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.

Antibodinya : Cinta kasih

Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yangmemiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakankekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Simpanlah paket tiket untuk perasaan tidak bahagia dan mengaculah pada paket tiket ini saat kita sedang mengalami rasa depresi dan tidak bahagia. Gunakan sebagai sarana pertolongan pertama dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindar dariketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang.


]˜

Labels: ,

Kesadaran dan Pemusatan Pikiran Sejati

1. Bila dalam tradisi agama lain perhatian sepenuhnya ditujukan kepada Tuhan, sebab dengan mengerti kehendaknya akan menyebabkan keselamatan; maka dalam agama Buddha perhatian ditujukan pada pikiran, sebab pikiran adalah perantara yang olehnya segala sesuatu berarti, ditafsirkan dan dipahami. Menjinakkan pikiran adalah menjinakkan dunia. Santideva menuangkan hal ini dengan sempurna dalam sajaknya:

Semua harimau dan macan,
Semua gajah, beruang dan ular,
Makhluk-makhluk neraka,
Setan dan dedemit,
Semuanya itu dikuasai
Dengan menguasai pikiran
Dan cukup dengan menundukkan pikiran,
Kesemuanya dapat ditundukkan,

Sebab dengan dibentuk oleh pikiran
Semua ketakutan dan kekwatiran datang
Inilah yang telah diajarkan
Oleh Si Pembicara Kebenaran

Para musuh tak terukur seperti angkasa
Bagaimana saya dapat memerangi semuanya?
Tapi bila saya menghancurkan kemurkaan saya
Pikiran tentang adanya "musuh" terhancurkan

Tidak akan cukup banyak kulit
Untuk menyelimuti dunia
Tapi dengan menggunakan sendal kulit,
Saya dapat menjelajahi dunia
Sama halnya, semua lingkungan diluar
Tak dapat dijaga secara menyeluruh
Tapi bila saya menjaga pikiran saya
Perlindungan apa lagi yang saya butuhkan?
[Bodhicaryavatara V: 4, 5, 6, 12, 13, 14]

2. Dalam banyak khotbah, Sang Buddha menekankan hal yang sama.

Bagi seseorang yang masih belajar dan belum menjadi penguasa dari pikirannya sendiri, tapi tetap bercita-cita agar damai dari ikatan-ikatan, demi kebaikan dirinya sendiri, baginya Saya tidak mengetahui sesuatu yang lebih menolong dari pada memperhatikan dengan ketat pikirannya sendiri.
[Itivuttaka: 9]

Karena pikiran yang sesat, seorang menjadi sesat
Karena pikiran yang murni, seorang menjadi murni.
[Samyutta Nikaya III: 151]

Saya tidak mengetahui sesuatu yang paling tak dapat bekerja selain pikiran yang tak dikembangkan. Sebenarnya, pikiran yang tak berkembang adalah sesuatu yang tak dapat bekerja. Saya tidak mengetahui sesuatu yang paling bekerja selain pikiran yang dikembangkan. Sebenarnya, pikiran yang berkembang adalah sesuatu yang dapat bekerja.
[Anguttara Nikaya I: 4]

3. Ketika kita lahir, kita datang ke dunia ini dengan pikiran yang telah dipengaruhi oleh kebiasaan mental kita masing-masing, yang terbawa dari kehidupan sebelumnya - kebiasaan mental yang mungkin telah dikembangkan selama kurun waktu yang panjang dan mungkin pula telah sulit untuk dirubah atau diberi nuansa yang lain. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan kita pada kehidupan ini, orang-tua dan guru-guru mengajar kita bagaimana seharusnya bertindak, namun tidak banyak diajarkan bagaimana seharusnya mengendalikan pikiran kita. Dengan demikian, walau mungkin kehidupan kita dari luar tampak selaras, namun kehidupan-kehidupan kita-pikiran kita, mungkin kacau tak beraturan. Demi mencapai kebahagiaan abadi, pikiran yang tak disiplin harus dapat dikendalikan dan dirubah. Seperti dikatakan Sang Buddha:

Sangatlah menakjubkan, melatih pikiran itu.
Bergerak lincah, meraih apa yang dikehendakinya.
Sangat baik memiliki pikiran yang terlatih baik.
Karena pikiran yang terlatih baik akan membawa kebahagiaan.

Sulit ditangkap dan sangat licik,
Pikiran meraih apa yang diinginkan.
Oleh karenanya para bijaksana menjaga pikirannya,
Karena pikiran yang terjaga akan membawa kebahagiaan.
[Dhammapada: 35, 36]

4. Ada beberapa teknik meditasi yang berbeda, beberapa diajarkan sendiri oleh Sang Buddha, beberapa yang lain dikembangkan oleh Guru-guru sesudah-Nya, namun keseluruhannya dapat dicakup dalam dua pokok utama, pertama adalah Konsentrasi (Pemusatan-pikiran) Sejati (samma samadhi). Istilah 'samadhi' berarti mengumpulkan atau menyatukan, dan mengacu pada pemusatan atau penyatuan pikiran. Siswa wanita Sang Buddha, Dhammadina mendefinisikan pemusatan-pikiran (konsentrasi), sebagai berikut:

Semua penyatuan pikiran adalah konsentrasi.
[Majjhima Nikaya, I: 301. Ya kho .... cittassa ekaggata ayam samadhi]

5. Buddhagosa mendefinisikannya lewat kata-kata:

Apa konsentrasi itu? Adalah pemusatan dari kesadaran dan semua yang menyertainya secara merata dan sempurna pada satu titik.
[Visuddhimagga 84]

6. Meditasi Buddhis yang paling dasar adalah Kesadaran pada pernapasan (anapana sati). Teknik sederhana namun sangkil ini akan berbuah ketenangan (relaksasi) dan mengembangkan disiplin mental serta tentunya memudahkan pemusatan pikiran. Dalam menggambarkan manfaatnya, Sang Buddha berkata:

Pemusatan pikiran yang tekun pada masuk dan keluarnya nafas, bila dipupuk dan dikembangkan, adalah suatu kedamaian dan suatu yang istimewa, suatu yang sempurna dan pula suatu cara hidup yang menyenangkan. Tidak hanya itu, juga akan menghalau pikiran-pikiran jahat tak-terlatih yang telah timbul dan membuatnya hilang seketika. Bagaikan, ketika bulan terakhir dari musim panas, debu dan kotoran beterbangan, lalu hujan deras yang turun tiba-tiba menenangkan dan menurunkannya ke bumi seketika.
[Samyutta Nikaya V: 321]

7. Senantiasa membawa perhatian kembali (ke pernafasan) secara berkesinambungan, seperti inilah yang akan menjadi kunci sukses. Kita berteguh-hati sebagai berikut:

Sebelumnya pikiran ini mengembara semaunya,
Sesuai kehendaknya dan sesuai kesenangannya,
Tapi hari ini saya akan menguasainya penuh perhatian
Seperti pawang menguasai gajah dengan kaitannya.
[Dhammapada : 326]

8. Sang Buddha menyarankan lima cara mengatasi pikiran-pikiran seperti itu mengganti, mempertimbangkan untung-ruginya, tak memperdulikan, membiarkannya reda atau-pun dengan menaklukkan pikiran-pikiran itu.

Seseorang yang berkeinginan mengembangkan pikiran yang lebih tinggi, hendaknya memikirkan lima hal dari waktu ke waktu. Apa lima itu?

-Bila, sewaktu memikirkan sesuatu, pikiran-pikiran jahat tak-terlatih disertai keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin timbul; dia hendaknya lalu memikirkan sesuatu pikiran yang terlatih. Dengan demikian pikiran-pikiran jahat tak-terlatih akan reda dan batin akan mantap, tenang, terpusat ke satu titik dan terkonsentrasi. Ibarat, tukang kayu atau pembuatnya mengetok, mencabut, menarik keluar pasak besar dengan menggunakan pasak kecil.

-Bila, sewaktu memikirkan sesuatu yang terlatih, pikiran jahat tak-terlatih disertai keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin masih muncul; dia hendaknya lalu merenungkan kejelekan-kejelekan dari pikiran seperti itu, dengan berpikir: "Sebenarnya pikiran-pikiran ini tak terlatih, dipersalahkan dan membawa penderitaan." Dengan demikian pikiran-pikiran tak terlatih yang jahat akan reda dan batin akan mantap, tenang, terpusat ke satu titik dan terkonsentrasi. Ibarat, seorang pemuda atau wanita yang berpakaian indah tapi berkalungkan bangkai ular, anjing atau manusia dilehernya, akan dijauhi, dipermalu dan menimbulkan perasaan jijik.

-Namun, bila sementara merenungkan kejelekan-kejelekan pikiran-pikiran ini, pikiran-pikiran jahat tak-terlatih yang disertai keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin masih timbul; dia hendaknya lalu berusaha melupakannya, tidak memperhatikannya. Dengan demikian pikiran-pikiran tak terlatih yang jahat akan reda dan batin akan mantap, tenang, terpusat ke satu titik dan terkonsentrasi. Ibarat, seorang dengan penglihatan yang baik tapi menutup mata atau memalingkan muka agar tidak melihat sesuatu.

-Tapi bila, sewaktu berusaha melupakan dan tidak memperhatikan pikiran-pikiran itu, pikiran-pikiran jahat tak-terlatih yang disertai keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin masih timbul; dia hendaknya membiarkan pikiran-pikiran itu menjadi tenang. Dengan demikian pikiran-pikiran tak terlatih yang jahat akan reda dan batin akan mantap, tenang, terpusat ke satu titik dan terkonsentrasi. Ibarat, seorang, yang merasa tak perlu berlari, lalu berjalan; merasa tak perlu berjalan, lalu berdiri-diam; merasa tak perlu berdiri, lalu duduk; merasa tak perlu duduk, lalu berbaring. Jadi, dia yang sebelumnya bergerak dengan susah-payah lalu bisa menjadi santai.

-Tapi, bila, sewaktu membiarkan pikiran-pikiran itu menjadi tenang, pikiran-pikiran jahat tak-terlatih yang disertai keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin masih timbul, lalu, dengan gigi terkatup dan lidah ditekan kelangit-langit dia hendaknya menahan, menaklukkan dan menekan batin dengan batin. Dengan demikian pikiran-pikiran tak terlatih yang jahat akan reda dan batin akan mantap, tenang, terpusat ke satu titik dan terkonsentrasi. Ibarat, seorang yang kuat mengalahkan seorang yang lebih lemah dengan memukulnya pada kepala dan bahunya.

Seorang yang melakukan semua diatas disebut penguasa jalan pikiran. Pikiran yang dikehendaki untuk dipikir, dia pikirkan; pikiran yang tak dikehendaki untuk dipikir, dia tidak pikirkan. Dia telah memotong kemelekatan, melepaskan belenggu, menguasai kesombongan dan mengakhiri penderitaan.
[Majjhima Nikaya I: 119]

9. Perenungan dilakukan dengan mengarahkan pikiran kita pada obyek-obyek tertentu dan dengan hati-hati merenungkannya. Sang Buddha bersabda:

Apapun yang sering seseorang renungkan dan pikirkan,
batin akan bersandar padanya.
[Majjhima Nikaya I: 115]

10. Pernyataan diatas sangat tepat. Pikiran apapun yang menonjol dalan batin kita, akan berpengaruh pada kepribadian dan perilaku kita. Bila dengan sadar dan sengaja, kita memenuhi batin kita dengan pikiran-pikiran positif, maka pikiran-pikiran sedemikian akan muncul dengan sendirinya, lalu pada gilirannya akan berbuah perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan pikiran-pikiran itu.

Sewaktu Siswa-siswa yang agung merenungkan (hal-hal ini), batinnya akan bebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan-batin. Pada saat itu, batinnya mantap dan tertuju pada hal-hal itu, dan dengan batin yang mantap dia menunjukkan kegembiraan dari kebajikan, kegembiraan dari Dhamma dan kegembiraan berjalan bersama Dhamma. Pada mereka yang gembira, timbul keceriaan; disebabkan keceriaan, jasmani menjadi tenang; dengan jasmani yang tenang seseorang akan bahagia, dan batin seorang yang bahagia senantiasa terkonsentrasi.
[Anguttara Nikaya, V: 332]

11. Sang Buddha bersabda dalam Perenungan Kebajikan:

Engkau hendaknya merenungkan kebajikan-kebajikanmu sendiri sebagai lengkap, utuh, tak bernoda, tak berbercak, memberi-kebebasan; sebagai terpuji oleh para bijaksana, murni dan mengantar kearah konsentrasi pikiran.
[Anguttara Nikaya V: 334]

12. Pada pelaksanaan Perenungan Kemurahan-hati, kita merenungkan nilai-nilai kemurahan-hati (kedermawaan) dan juga agar kita dapat menambah kemurahan-hati itu pada orang lain. Sang Buddha menyarankan merenungkannya dengan cara berikut:

Engkau hendaknya merenungkan kemurahan-hati dirimu sendiri seperti ini: "Ini adalah keberuntungan saya sendiri. Sebenarnya, ini adalah suatu keberuntungan dengan berdiri teguh diantara yang picik, saya berumah-tangga dengan batin yang bebas dari kepicikan; tangan saya terbuka; tangan saya murni, bergembira bila dapat membagi pada siapa saja, orang tempat memohon kebaikan pula orang yang bergembira bila memberi sesuatu."
(Anguttara Nikaya V :334

Labels: