seseorang bernama Sun Tzu
Sun Tzu adalah “Pengetahuan manusia (seseorang bernama Sun Tzu) yang mendalam tentang diri sendiri maupun sesama dihadapkan pada konflik baik di dalam maupun di luar diri sendiri tanpa agresi”.
Dikisahkan pada awalnya buah pikir dari Sun Tzu yang diwujudkan dalam bentuk puisi-puisi dan akhirnya terkemas dalam bentuk buku adalah sebagai Buku Strategi Perang Tiongkok Kuno (hidup pada sekitar tiga abad sebelum Masehi di Tiongkok Utara), namun di kemudian hari sampai dengan sekarang banyak pendapat para ahli yang menyatakan nilai-nilai dalam Sun Tzu bersifat sangat universal dan unik yang dapat diterapkan tidak hanya dalam strategi perang militer namun dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan ini (konon buku ini telah dijadikan buku bacaan wajib bagi taruna militer di Rusia, sempat dibaca oleh Napoleon pada saat menderita kekalahan dan berkata “andaikan buku ini kubaca lebih awal mungkin aku tidak akan menderita kekalahan seperti ini”, bahkan buku ini dapat dipakai sebagai strategi oleh para pemuda-pemudi dalam menaklukan idaman hatinya).
Bagi yang senang bertandang ke perpustakaan atau toko buku yang cukup besar maka dapatlah dilihat berapa orang yang menulis buku tentang Sun Tzu dari sudut pandang masing-masing penulis, bagi yang senang membuka situs-situs internet dapat pula dilihat berapa banyak individu/kelompok yang mempelajari Sun Tzu ini untuk keperluan masing-masing.
Perang Militer, Perang Batin, Perang Kepentingan = Konflik ? Sun Tzu mengatakan “Konflik adalah bagian terpadu dari kehidupan manusia, ia akan selalu ada di dalam diri maupun di sekeliling manusia”. Konflik yang dimaksud adalah dalam arti luas, baik yang berskala kecil atau besar namun bersifat dilematis/kompleks yang di dalamnya mengandung suatu pertentangan/perebutan.
Contoh konflik berskala kecil misalnya tentang seorang manusia yang mempunyai tanggungan ekonomi namun tidak juga menemukan cara positif untuk memenuhinya apakah harus menempuh cara negatif ? Contoh konflik berskala nasional misalnya tentang persaingan partai politik dalam Pemilu 2004 ini, konflik tentang pembahasan suatu RUU, dan lain-lain. Contoh konflik berskala internasional misalnya tentang Israel dan Palestina, Irak dan Amerika Serikat, dan lain-lain. Sebagai bagian terpadu dari kehidupan manusia yang antara satu manusia dengan manusia lainnya mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda maka konflik akan datang silih berganti terus menerus dalam kehidupan, hal ini sesuai dengan kata-kata Sun Tzu yang lainnya yakni “Dunia ini utuh terdiri dari banyak aspek yang saling berhubungan yang terus bergeser”, sehingga masalah apapun yang dihadapi oleh manusia baik secara individu maupun kelompok dapat disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri (terlepas dari takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa seperti musibah/bencana alam, dan lain-lain yang datang secara tiba-tiba).
“Aspek yang saling berhubungan yang terus bergeser” mengandung arti bahwa suatu masalah dapat timbul dari suatu kesalahan tindakan yang diambil/kebijakan yang diputuskan dari beberapa pilihan/alternatif tindakan, yang didasarkan pada informasi/pengetahuan (baik informasi/pengetahuan yang tepat maupun yang tidak tepat) akhirnya kesalahan tersebut menjadi masalah, selanjutnya pengaruh dari masalah tersebut dapat berakibat seperti efek domino atau terus membesar dan lama bahkan sanggup menimbulkan malapetaka.
Konflik, Bagian Terpadu Dari Kehidupan Manusia. Efek domino dapat terjadi karena manusia sering mengabaikan bibit-bibit atau gejala konflik, yang umumnya dianggap sepele misalnya, orang tua yang sangat sayang kepada anak gadisnya mengajarkan untuk berteman dengan siapa saja tanpa pilih bulu namun ketika anak gadisnya memilih seorang pacar yang tidak tepat di mata kedua orang tuanya dan melarangnya berpacaran maka si gadis dapat beranggapan bahwa orang tuanya ternyata pilih bulu.
Bila si gadis benar-benar menganggapnya demikian maka dalam penilaian selanjutnya si gadis menilai bahwa orang tuanya tidak konsisten, akibat selanjutnya dapat saja si gadis meniru tindakan yang dianggapnya “tidak konsisten” tersebut, karena tindakan tidak konsisten dapat bermacam-macam bentuknya maka selanjutnya dan seterusnya cepat atau lambat si gadis dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan keluarga dan lingkungannya. Sebaliknya jika si gadis memiliki tingkat pendidikan yang cukup dan mental yang baik maka secara bijaksana ia akan menyadari bahwa ternyata selama ini telah salah menangkap ajaran orang tuanya. Hal ini tidak akan terjadi jika sejak awal orang tuanya juga menegaskan dan mengajarkan bahwa “berteman tanpa pilih bulu” berbeda dengan “mempunyai pacar yang kelak akan menjadi suami dan menantu tanpa pilih bulu (pertimbangan-pertimbangan untuk kebaikan keluarga si gadis itu sendiri)”.
Kesimpulan awal, konflik kadang-kadang dapat dihindari namun kadang-kadang sudah seharusnya dihadapi dan yang pasti konflik tidak dapat dihilangkan secara permanen karena ia adalah bagian terpadu dari kehidupan manusia. Mengatasi Konflik / Memenangkan Perang. Bagaimanakah kita mengatasi konflik/memutuskan efek domino, dengan cara yang lebih bijaksana serta lebih efektif ? Seperti dikemukakan pada awal tulisan ini, Sun Tzu merekomendasikan agar respon kita terhadap konflik dimulai dari pengenalan akan diri sendiri maupun sesama kita. Sekelumit kalimat dari banyak kalimat dalam buku Sun Tzu yang menggambarkan hal itu terdapat dalam bab tiga yang tertulis sebagai berikut : Jadi dalam kemiliteran …… Dengan mengenal lawan dan mengenal diri sendiri, Takkan ada bahaya dalam seratus pertempuranpun. Tanpa mengenal lawan tetapi mengenal diri sendiri, Yang satu menang, yang lain kalah. Tanpa mengenal lawan maupun diri sendiri, Pasti ada kekalahan dalam setiap pertempuran.
Kalimat-kalimat di atas menurut penulis merupakan pokok ajaran dari Sun Tzu, walaupun hanya sekelumit kalimat namun untuk menghayati ajaran tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama karena diperlukan serangkaian kegiatan yang bersifat kontemplatif dan bersifat terus menerus, terlebih lagi kalimat-kalimat yang terdapat dalam Sun Tzu sebagian besar berbentuk kiasan sehingga tidak mudah dipahami secara mendalam bagi orang-orang yang tidak biasa membaca kalimat-kalimat kiasan seperti dalam buku Sun Tzu tersebut.
Bila dihubungkan dengan pengambilan keputusan maka tiga macam dampak/ manfaat, dari pengenalan diri sendiri dan pengenalan terhadap sesama, akan didapatkan tiga macam pengambilan keputusan yang terkait dengan penanggulangan konflik:
1. Pengambilan keputusan yang pasti (tepat dan benar), karena adanya data dan informasi yang pasti (tepat dan benar).
2. Pengambilan keputusan yang pasti, walaupun terdapat sebagian data dan informasi yang kurang/tidak Pasti.
3. Pengambilan keputusan yang tidak pasti, karena data dan informasi yang tidak pasti.
Penjelasan 1. Pengambilan keputusan yang pasti dapat disamakan dengan “Memahami Diri Sendiri” dalam arti yang seluas-luasnya, misalnya dari contoh keluarga si gadis dalam tulisan ini, bila dilihat yang mengambil keputusan ada dua pihak yakni orang tua (memutuskan untuk menerima/menolak calon menantu) dan si gadis (memutuskan untuk menerima/menolak kebijakan orang tua). Yang mengeluarkan kebijakan pada awalnya adalah orang tua dan yang menjalankan adalah si gadis. Jadi dalam hal ini pihak orang tua secara kodrati seharusnya lebih bijak dari anak gadisnya yang disebabkan oleh usia dan pengalaman hidup yang lebih banyak. Bijak berarti memahami pula bahwa si gadis hidup di zaman yang berbeda dengan mereka yang mungkin dapat lebih baik/buruk, lebih maju/mundur, sehingga si gadis perlu dipersiapkan untuk menghadapi situasi/waktu-nya sendiri dengan lebih baik (persiapan dapat berupa, bekal pendidikan, kesehatan jiwa dan raga, atau warisan harta karun, dsb). Hal-hal tersebut dapat diibaratkan pada suatu negara dimana orang tua adalah pemerintah dan legislative, si gadis adalah rakyat, atau pada suatu batalyon dimana orang tua adalah komandan sedangkan si gadis adalah prajuritnya, mereka secara bersama-sama harus mengetahui, kekuatan/potensi individu maupun organisasi mereka beserta kelemahannya.
2. Data dan informasi yang pasti dapat disamakan dengan “Memahami orang lain” dalam arti yang seluas-luasnya misalnya dari contoh yang telah dikemukakan di muka, maka orang tua berhadapan dengan orang lain yakni si gadis walau di satu sisi adalah keluarga sendiri, orang lain yang harus diperhitungkan pula adalah pacar si gadis, lebih jauh lagi ada keluarga dari pacar si gadis, ada teman-teman dari pacar si gadis, dan seterusnya. Untuk memahami orang lain secara tepat dan menyeluruh (mendapatkan data dan informasi yang pasti) dapat dilakukan dengan terjun langsung menghadapinya/face to face atau dapat menggunakan bantuan orang lain/mata-mata yang bila lebih jauh diterapkan dalam intelijen didukung pula dengan peralatan penyadap yang canggih yang nyaris tidak terdeteksi, akhirnya usaha untuk memahami orang lain tersebut akan dapat diketahui peluang dan kendala yang mungkin dihadapi. Kepentingan Data Dan Informasi Kesimpulan dari penjelasan di atas, pertama, data dan informasi sangat penting untuk mengetahui bagaimana diri kita memandang diri sendiri dihadapkan pada kenyataan bagaimana orang lain memandang kepada diri kita (insight dan outsight). Kedua, pemakaian mata-mata untuk mendapatkan informasi dalam mengatasi konflik (menghadapi musuh) merupakan salah satu strategi utama dan terdapat pada bab tigabelas, yang merupakan bab terakhir buku Sun Tzu.
Contoh lain dari pentingnya data dan informasi dapat dirasakan secara langsung oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang tulis-menulis, bursa saham, dan lain-lain. Buku-Buku Tentang Sun Tzu Penyebab ketertarikan pemerhati buku pada Sun Tzu sangat beragam karena nilai-nilai yang dikandungnya sangat luas, dalam, dan universal misalnya, sebelum penulis mengenal Sun Tzu, sering mendengar kata-kata “kemenangan yang paling baik adalah memenangkan hati lawan/musuh” atau “kemenangan tanpa bertempur”, ternyata kata yang bernilai itu terdapat dalam buku Sun Tzu Bab Tiga, yang secara lengkap tertulis sebagai berikut : Seratus kemenangan dalam seratus pertempuran bukanlah yang paling hebat. Menaklukan militer lawan tanpa bertempurlah yang paling hebat. Pengungkapan-pengungkapan yang telah penulis uraikan dimuka dimaksudkan untuk menarik minat calon pembaca baru agar berminat untuk membaca buku Sun Tzu seutuhnya, apalagi kini telah ada serial film Sun Tzu yang masih diputarkan oleh sebuah stasiun televisi Jakarta yang beberapa waktu sebelumnya pernah menayangkan biografi Sun Tzu.
Selanjutnya mengenai buku Sun Tzu, penulis sedang berusaha memahami tiga buku tentang Sun Tzu dari tiga penerbit yang berbeda. Masing-masing penulis itu adalah James Clavell, Denma Translation Group, dan Wang Xuanming. Intisari kandungan ketiga buku tersebut adalah sama yakni strategi bertempur Tiongkok kuno yang terdiri dari tigabelas bab diawali dengan, Bab Menetapkan (J. Clavell), atau Bab Evaluasi menurut istilah Denma TG, dan Bab Penilaian Awal menurut Wang Xuanming. Sedangkan bab terakhir menurut istilah J. Clavell adalah Bab Kegunaan Mata-mata, atau Bab Menggunakan Pengintai (Denma TG), atau Bab Gunakan Mata-mata (Wang Xuanming). Dari ketiga buku tersebut buku yang disusun oleh Denma TG merupakan buku yang paling tebal dengan tigaratus delapan belas halaman, selain berisi tentang Sun Tzu itu sendiri juga berisi komentar dari berbagai pihak yang telah membaca Sun Tzu dan merasakan manfaatnya, serta pembahasan dari tim Denma itu sendiri. Buku kedua yang ditulis oleh James Clavell relatif lebih tipis dengan halaman yang berjumlah seratus dua, berisi tentang pandangan James Clavell (penulis buku Shogun dan Noble House) secara pribadi terhadap Seni Perang Sun Tzu yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa “Tujuan akhir yang sebenarnya dari sebuah perang adalah perdamaian” atau dengan kata lain perang merupakan jalan terakhir dari sebuah penyelesaian konflik. Buku ketiga merupakan buku yang agak lain dari lainnya karena berbentuk karikatur/komik namun keseriusan isi dari buku ini dapat disamakan dengan kedua buku sebelumnya. Sebenarnya ada buku keempat yang membahas Sun Tzu dan penerapannya dalam Manajemen Modern yang ditulis oleh seorang penulis wanita asing terbit tahun 2003, namun sayang penulis belum mendapatkan buku itu. Data terakhir yang penulis ketahui pada sebuah toko buku yang cukup terkenal ternyata kini telah tersedia sekitar dua belas judul buku baru mengenai Sun Tzu, rupanya banyak penulis yang berminat namun sepadankah dengan orang yang berminat untuk membacanya ?
Penutup Demikianlah, untuk kali ini hanya ini yang dapat penulis lakukan, semoga nilai-nilai dalam Sun Tzu benar-benar dapat dihayati dan diterapkan dalam kehidupan penulis sehari-hari layaknya sebuah ajaran mengenai norma-norma kehidupan yang banyak mengajarkan kebaikan dan kebenaran namun tidak akan berarti jika tidak mampu menghayati dan menerapkannya. Semoga pula buku Sun Tzu dapat membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Dikisahkan pada awalnya buah pikir dari Sun Tzu yang diwujudkan dalam bentuk puisi-puisi dan akhirnya terkemas dalam bentuk buku adalah sebagai Buku Strategi Perang Tiongkok Kuno (hidup pada sekitar tiga abad sebelum Masehi di Tiongkok Utara), namun di kemudian hari sampai dengan sekarang banyak pendapat para ahli yang menyatakan nilai-nilai dalam Sun Tzu bersifat sangat universal dan unik yang dapat diterapkan tidak hanya dalam strategi perang militer namun dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan ini (konon buku ini telah dijadikan buku bacaan wajib bagi taruna militer di Rusia, sempat dibaca oleh Napoleon pada saat menderita kekalahan dan berkata “andaikan buku ini kubaca lebih awal mungkin aku tidak akan menderita kekalahan seperti ini”, bahkan buku ini dapat dipakai sebagai strategi oleh para pemuda-pemudi dalam menaklukan idaman hatinya).
Bagi yang senang bertandang ke perpustakaan atau toko buku yang cukup besar maka dapatlah dilihat berapa orang yang menulis buku tentang Sun Tzu dari sudut pandang masing-masing penulis, bagi yang senang membuka situs-situs internet dapat pula dilihat berapa banyak individu/kelompok yang mempelajari Sun Tzu ini untuk keperluan masing-masing.
Perang Militer, Perang Batin, Perang Kepentingan = Konflik ? Sun Tzu mengatakan “Konflik adalah bagian terpadu dari kehidupan manusia, ia akan selalu ada di dalam diri maupun di sekeliling manusia”. Konflik yang dimaksud adalah dalam arti luas, baik yang berskala kecil atau besar namun bersifat dilematis/kompleks yang di dalamnya mengandung suatu pertentangan/perebutan.
Contoh konflik berskala kecil misalnya tentang seorang manusia yang mempunyai tanggungan ekonomi namun tidak juga menemukan cara positif untuk memenuhinya apakah harus menempuh cara negatif ? Contoh konflik berskala nasional misalnya tentang persaingan partai politik dalam Pemilu 2004 ini, konflik tentang pembahasan suatu RUU, dan lain-lain. Contoh konflik berskala internasional misalnya tentang Israel dan Palestina, Irak dan Amerika Serikat, dan lain-lain. Sebagai bagian terpadu dari kehidupan manusia yang antara satu manusia dengan manusia lainnya mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda maka konflik akan datang silih berganti terus menerus dalam kehidupan, hal ini sesuai dengan kata-kata Sun Tzu yang lainnya yakni “Dunia ini utuh terdiri dari banyak aspek yang saling berhubungan yang terus bergeser”, sehingga masalah apapun yang dihadapi oleh manusia baik secara individu maupun kelompok dapat disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri (terlepas dari takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa seperti musibah/bencana alam, dan lain-lain yang datang secara tiba-tiba).
“Aspek yang saling berhubungan yang terus bergeser” mengandung arti bahwa suatu masalah dapat timbul dari suatu kesalahan tindakan yang diambil/kebijakan yang diputuskan dari beberapa pilihan/alternatif tindakan, yang didasarkan pada informasi/pengetahuan (baik informasi/pengetahuan yang tepat maupun yang tidak tepat) akhirnya kesalahan tersebut menjadi masalah, selanjutnya pengaruh dari masalah tersebut dapat berakibat seperti efek domino atau terus membesar dan lama bahkan sanggup menimbulkan malapetaka.
Konflik, Bagian Terpadu Dari Kehidupan Manusia. Efek domino dapat terjadi karena manusia sering mengabaikan bibit-bibit atau gejala konflik, yang umumnya dianggap sepele misalnya, orang tua yang sangat sayang kepada anak gadisnya mengajarkan untuk berteman dengan siapa saja tanpa pilih bulu namun ketika anak gadisnya memilih seorang pacar yang tidak tepat di mata kedua orang tuanya dan melarangnya berpacaran maka si gadis dapat beranggapan bahwa orang tuanya ternyata pilih bulu.
Bila si gadis benar-benar menganggapnya demikian maka dalam penilaian selanjutnya si gadis menilai bahwa orang tuanya tidak konsisten, akibat selanjutnya dapat saja si gadis meniru tindakan yang dianggapnya “tidak konsisten” tersebut, karena tindakan tidak konsisten dapat bermacam-macam bentuknya maka selanjutnya dan seterusnya cepat atau lambat si gadis dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan keluarga dan lingkungannya. Sebaliknya jika si gadis memiliki tingkat pendidikan yang cukup dan mental yang baik maka secara bijaksana ia akan menyadari bahwa ternyata selama ini telah salah menangkap ajaran orang tuanya. Hal ini tidak akan terjadi jika sejak awal orang tuanya juga menegaskan dan mengajarkan bahwa “berteman tanpa pilih bulu” berbeda dengan “mempunyai pacar yang kelak akan menjadi suami dan menantu tanpa pilih bulu (pertimbangan-pertimbangan untuk kebaikan keluarga si gadis itu sendiri)”.
Kesimpulan awal, konflik kadang-kadang dapat dihindari namun kadang-kadang sudah seharusnya dihadapi dan yang pasti konflik tidak dapat dihilangkan secara permanen karena ia adalah bagian terpadu dari kehidupan manusia. Mengatasi Konflik / Memenangkan Perang. Bagaimanakah kita mengatasi konflik/memutuskan efek domino, dengan cara yang lebih bijaksana serta lebih efektif ? Seperti dikemukakan pada awal tulisan ini, Sun Tzu merekomendasikan agar respon kita terhadap konflik dimulai dari pengenalan akan diri sendiri maupun sesama kita. Sekelumit kalimat dari banyak kalimat dalam buku Sun Tzu yang menggambarkan hal itu terdapat dalam bab tiga yang tertulis sebagai berikut : Jadi dalam kemiliteran …… Dengan mengenal lawan dan mengenal diri sendiri, Takkan ada bahaya dalam seratus pertempuranpun. Tanpa mengenal lawan tetapi mengenal diri sendiri, Yang satu menang, yang lain kalah. Tanpa mengenal lawan maupun diri sendiri, Pasti ada kekalahan dalam setiap pertempuran.
Kalimat-kalimat di atas menurut penulis merupakan pokok ajaran dari Sun Tzu, walaupun hanya sekelumit kalimat namun untuk menghayati ajaran tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama karena diperlukan serangkaian kegiatan yang bersifat kontemplatif dan bersifat terus menerus, terlebih lagi kalimat-kalimat yang terdapat dalam Sun Tzu sebagian besar berbentuk kiasan sehingga tidak mudah dipahami secara mendalam bagi orang-orang yang tidak biasa membaca kalimat-kalimat kiasan seperti dalam buku Sun Tzu tersebut.
Bila dihubungkan dengan pengambilan keputusan maka tiga macam dampak/ manfaat, dari pengenalan diri sendiri dan pengenalan terhadap sesama, akan didapatkan tiga macam pengambilan keputusan yang terkait dengan penanggulangan konflik:
1. Pengambilan keputusan yang pasti (tepat dan benar), karena adanya data dan informasi yang pasti (tepat dan benar).
2. Pengambilan keputusan yang pasti, walaupun terdapat sebagian data dan informasi yang kurang/tidak Pasti.
3. Pengambilan keputusan yang tidak pasti, karena data dan informasi yang tidak pasti.
Penjelasan 1. Pengambilan keputusan yang pasti dapat disamakan dengan “Memahami Diri Sendiri” dalam arti yang seluas-luasnya, misalnya dari contoh keluarga si gadis dalam tulisan ini, bila dilihat yang mengambil keputusan ada dua pihak yakni orang tua (memutuskan untuk menerima/menolak calon menantu) dan si gadis (memutuskan untuk menerima/menolak kebijakan orang tua). Yang mengeluarkan kebijakan pada awalnya adalah orang tua dan yang menjalankan adalah si gadis. Jadi dalam hal ini pihak orang tua secara kodrati seharusnya lebih bijak dari anak gadisnya yang disebabkan oleh usia dan pengalaman hidup yang lebih banyak. Bijak berarti memahami pula bahwa si gadis hidup di zaman yang berbeda dengan mereka yang mungkin dapat lebih baik/buruk, lebih maju/mundur, sehingga si gadis perlu dipersiapkan untuk menghadapi situasi/waktu-nya sendiri dengan lebih baik (persiapan dapat berupa, bekal pendidikan, kesehatan jiwa dan raga, atau warisan harta karun, dsb). Hal-hal tersebut dapat diibaratkan pada suatu negara dimana orang tua adalah pemerintah dan legislative, si gadis adalah rakyat, atau pada suatu batalyon dimana orang tua adalah komandan sedangkan si gadis adalah prajuritnya, mereka secara bersama-sama harus mengetahui, kekuatan/potensi individu maupun organisasi mereka beserta kelemahannya.
2. Data dan informasi yang pasti dapat disamakan dengan “Memahami orang lain” dalam arti yang seluas-luasnya misalnya dari contoh yang telah dikemukakan di muka, maka orang tua berhadapan dengan orang lain yakni si gadis walau di satu sisi adalah keluarga sendiri, orang lain yang harus diperhitungkan pula adalah pacar si gadis, lebih jauh lagi ada keluarga dari pacar si gadis, ada teman-teman dari pacar si gadis, dan seterusnya. Untuk memahami orang lain secara tepat dan menyeluruh (mendapatkan data dan informasi yang pasti) dapat dilakukan dengan terjun langsung menghadapinya/face to face atau dapat menggunakan bantuan orang lain/mata-mata yang bila lebih jauh diterapkan dalam intelijen didukung pula dengan peralatan penyadap yang canggih yang nyaris tidak terdeteksi, akhirnya usaha untuk memahami orang lain tersebut akan dapat diketahui peluang dan kendala yang mungkin dihadapi. Kepentingan Data Dan Informasi Kesimpulan dari penjelasan di atas, pertama, data dan informasi sangat penting untuk mengetahui bagaimana diri kita memandang diri sendiri dihadapkan pada kenyataan bagaimana orang lain memandang kepada diri kita (insight dan outsight). Kedua, pemakaian mata-mata untuk mendapatkan informasi dalam mengatasi konflik (menghadapi musuh) merupakan salah satu strategi utama dan terdapat pada bab tigabelas, yang merupakan bab terakhir buku Sun Tzu.
Contoh lain dari pentingnya data dan informasi dapat dirasakan secara langsung oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang tulis-menulis, bursa saham, dan lain-lain. Buku-Buku Tentang Sun Tzu Penyebab ketertarikan pemerhati buku pada Sun Tzu sangat beragam karena nilai-nilai yang dikandungnya sangat luas, dalam, dan universal misalnya, sebelum penulis mengenal Sun Tzu, sering mendengar kata-kata “kemenangan yang paling baik adalah memenangkan hati lawan/musuh” atau “kemenangan tanpa bertempur”, ternyata kata yang bernilai itu terdapat dalam buku Sun Tzu Bab Tiga, yang secara lengkap tertulis sebagai berikut : Seratus kemenangan dalam seratus pertempuran bukanlah yang paling hebat. Menaklukan militer lawan tanpa bertempurlah yang paling hebat. Pengungkapan-pengungkapan yang telah penulis uraikan dimuka dimaksudkan untuk menarik minat calon pembaca baru agar berminat untuk membaca buku Sun Tzu seutuhnya, apalagi kini telah ada serial film Sun Tzu yang masih diputarkan oleh sebuah stasiun televisi Jakarta yang beberapa waktu sebelumnya pernah menayangkan biografi Sun Tzu.
Selanjutnya mengenai buku Sun Tzu, penulis sedang berusaha memahami tiga buku tentang Sun Tzu dari tiga penerbit yang berbeda. Masing-masing penulis itu adalah James Clavell, Denma Translation Group, dan Wang Xuanming. Intisari kandungan ketiga buku tersebut adalah sama yakni strategi bertempur Tiongkok kuno yang terdiri dari tigabelas bab diawali dengan, Bab Menetapkan (J. Clavell), atau Bab Evaluasi menurut istilah Denma TG, dan Bab Penilaian Awal menurut Wang Xuanming. Sedangkan bab terakhir menurut istilah J. Clavell adalah Bab Kegunaan Mata-mata, atau Bab Menggunakan Pengintai (Denma TG), atau Bab Gunakan Mata-mata (Wang Xuanming). Dari ketiga buku tersebut buku yang disusun oleh Denma TG merupakan buku yang paling tebal dengan tigaratus delapan belas halaman, selain berisi tentang Sun Tzu itu sendiri juga berisi komentar dari berbagai pihak yang telah membaca Sun Tzu dan merasakan manfaatnya, serta pembahasan dari tim Denma itu sendiri. Buku kedua yang ditulis oleh James Clavell relatif lebih tipis dengan halaman yang berjumlah seratus dua, berisi tentang pandangan James Clavell (penulis buku Shogun dan Noble House) secara pribadi terhadap Seni Perang Sun Tzu yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa “Tujuan akhir yang sebenarnya dari sebuah perang adalah perdamaian” atau dengan kata lain perang merupakan jalan terakhir dari sebuah penyelesaian konflik. Buku ketiga merupakan buku yang agak lain dari lainnya karena berbentuk karikatur/komik namun keseriusan isi dari buku ini dapat disamakan dengan kedua buku sebelumnya. Sebenarnya ada buku keempat yang membahas Sun Tzu dan penerapannya dalam Manajemen Modern yang ditulis oleh seorang penulis wanita asing terbit tahun 2003, namun sayang penulis belum mendapatkan buku itu. Data terakhir yang penulis ketahui pada sebuah toko buku yang cukup terkenal ternyata kini telah tersedia sekitar dua belas judul buku baru mengenai Sun Tzu, rupanya banyak penulis yang berminat namun sepadankah dengan orang yang berminat untuk membacanya ?
Penutup Demikianlah, untuk kali ini hanya ini yang dapat penulis lakukan, semoga nilai-nilai dalam Sun Tzu benar-benar dapat dihayati dan diterapkan dalam kehidupan penulis sehari-hari layaknya sebuah ajaran mengenai norma-norma kehidupan yang banyak mengajarkan kebaikan dan kebenaran namun tidak akan berarti jika tidak mampu menghayati dan menerapkannya. Semoga pula buku Sun Tzu dapat membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya.
Labels: Strategi Suntzu
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home